Wednesday, June 2, 2010

SULTAN MALIKUS SALEH : RAJA MELAYU PERTAMA MEMELUK ISLAM

Sulalatus Salatin atau Sejarah Melayu memperihalkan kisah yang menarik mengenai pengislaman raja Samudera Pasai yang dikatakan sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam di Alam Nusantara.

Riwayatnya adalah seperti berikut;

Sebermula maka tersebutlah pada zaman RSAW, baginda bersabda pada segala sahabat :

"Pada akhir zaman kelak, ada sebuah negeri di bawah angin, Samudera namanya. Maka apabila kamu mendengar khabarnya isi Samudera itu, maka segeralah kamu pergi ke negeri itu, bawa isi negeri Samudera masuk Islam, kerana dalam negeri itu banyak wali Allah akan jadi, tetapi ada pula seorang fakir di negeri Mu'tabari namanya (Malabar India), ialah kamu bawa beserta kamu"

Setelah berapa lamanya, kemudian daripada sabda Nabi SAW, maka terdengarlah kepada segala negeri, datang ke Mekah pun kedengaran nama negeri Samudera itu. Syarif di Mekah menyuruhkan sebuah kapal membawa segala perkakasan kerajaan seraya disuruhnya singgah ke negeri Mu'tabari, adapun nama nakhoda kapal itu Syeikh Ismail.

Maka apabila kapal itu pun belayarlah, ia singgah di negeri Mu'tabari. Adapun raja di dalam negeri itu Sultan Muhammad namanya; maka baginda pun bertanya, "Kapal ini dari mana" ? Maka sahut orang dalam kapal itu, "Adalah kami ini kapal dari Mekah, hendak pergi ke negeri Samudera"

Adapun Sultan Muhammad itu daripada cucu Saidina Abu Bakar As Siddiq RA. Maka ujar orang kapal itu "Kerana kami pergi dengan sabda Nabi SAW"

Setelah didengar oleh Sultan Muhammad sabda RSAW itu, maka dirajakannya anaknya yang tua di negei Mutabari akan ganti kerajaannya, maka baginda dengan anakanda baginda yang muda memakai pakaian fakir, meninggalkan kerajaan turun dari istana lalu naik kapal itu, katanya " Kamu bawalah hamba ke negeri Samudera". Maka pada hati orang seisi kapal itu, bahawa "ini mudah-mudahan fakir seperti sabda RSAW itu". Maka fakir itupun dibawanya naik kapal lalu belayar.

Maka kapal itupun belayarlah ke Samudera. Maka fakir itupun naik ke darat, maka ia bertemu dengan Merah Silu berkarang dipantai. Maka fakir itupun bertanya katanya, "Apa negeri ini?" Maka sahut Merah Silu, "Adapun nama negeri ini Samudera". Maka kata fakir itu, "Siapa nama pengetuanya dalam negeri ini?" Sahut Merah Silu, "Hambalah pengetua sekalian mereka itu ". Maka oleh fakir itu diislamkannya dan diajari kalimah Syahadah. Setelah Merah Silu Islam maka Merah Silupun kembali ke rumahnya.

Shahadan pada malam itu Merah Silu pun tidur, maka ia bermimpi dirinya berpandangan dgn RSAW. Maka sabda RSAW kepada Merah Silu, "ngangakan mulutmu". Maka oleh Merah Silu dingangakan mulutnya, diludahi oleh RSAW mulut Merah Silu. Maka Merah Silu pun terjaga dari tidurnya. Diciumnya bau tubuhnya seperti narawastu. Telah siang hari maka fakirpun naik ke darat membawa Quran disuruhnya baca pada Merah Silu. Maka oleh Merah Silu dibacanya Quran itu, maka kata fakir kepada nakhoda kapal; "Inilah negeri Samudera seperti sabda RSAW itu".

Maka oleh Syeikh Ismail segala perkakasan kerajaan yang dibawanya itu semua diturunkannya dari dalam kapal itu. Maka Merah Silu dirajakannya dinamai Sultan Malikus Saleh. Maka Syeikh Ismailpun belayarlah kembali ke Mekah, dan fakir itu (cucu kepada Saidina Abu Bakar As Sidiq) itu tinggallah dinegeri Samudera akan menetapi Islam isi negeri Samudera itu.

Catatan : Sultan Malikus Saleh menjadi Raja kesultanan Pasai yang pertama dan raja terawal menganut Islam di Alam Melayu. Makam baginda tercatat tarikh kemangkatannya dalam tahun 676 Hijrah (1297 Masihi).

4 comments:

PERKASA HULU LANGAT said...

SALAM,
SEBAGAI saorang YANG BERKETURUNAN RAJA SAMUDERA PASAI, SAYA UCAPKAN RIBUAN TERIMA KASEH DI ATAS ARTIKEL INI.

SALAM SAYA LAGI
RAJA NAZARUDIN RAJA NASRON

PERKASA HULU LANGAT said...

SALAM,
SEBAGAI saorang YANG BERKETURUNAN RAJA SAMUDERA PASAI, SAYA UCAPKAN RIBUAN TERIMA KASEH DI ATAS ARTIKEL INI.

SALAM SAYA LAGI
RAJA NAZARUDIN RAJA NASRON

AbdElHmyd said...

Salam.

Jika tidak silap la, cucu Si Merah Silu ni, Malikul Zahir, merupakan salah seorang raja Malayu yang melakukan pembesaran Masjidil Haram di Mekah tu ha..

Info yang saya dapat ni dari buku Al Rihla Ibnu Battuta.

Banyak lagi cerita ttg Malayu yang dicatat oleh Ibnu Battuta seperti ttg Puteri Urduga/Cik Siti Wan Kembang.

Sekadar berkongsi.

Wassalam.

elfan said...

AHLUL BAIT, CELAH ANTARA SUNNI DAN SYIAH

Dlm Al Quran yang menyebut 'ahlulbait', rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.

1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".

2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: 'Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu 'ahlulbait' yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

3. QS. 33:33: "...Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu 'ahlulbait' dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".

Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. para isteri dan anak-anak beliau.

Jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait tersebut sifatnya menjadi universal terdiri dari:

1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW.

2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW.

3. Isteri-isteri beliau.

4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau yang berhak menurunkan 'nasab'-nya, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.

Bagaimana tentang pewaris tahta 'ahlul bait' dari Bunda Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidaklah mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam. Lalu, apakah anak-anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali boleh kita anggap bernasabkan kepada nasabnya Bunda Fatimah?. ya jika merujuk pada Al Quran maka anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali tidaklah bisa mewariskan nasab Saidina Muhammad SAW.

Dengan demikian sistim nasab yang diterapkan itu tidan sistim nasab berzigzag, setelah nasab perempuan lalu lari atau kembali lagi ke nasab laki-laki, ya seharusnya diambil dari nasab perempuan seterusnya.

Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta 'ahlul bait'.

Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta 'ahlul bait' yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya Saidina Hasan dan Husein bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.

Ya jika Saidina Hasan dan Husein saja bukan Ahlul Bait, pastilah anak-anaknya dan keturunan berikutnya otomatis bukan pewaris Ahlul Bait, mereka murni adalah bernasab pada Saidina Ali bin Abi Thalib.

Dengan demikian sudah waktunya kita menutup debat dan perbincangan masalah Ahlul Bait ini. Fihak-fihak baik kelompok sunni, habaib maupun kelompok syiah yang selama ini saling mengklaim bahwa mereka adalah keturunan ahlul bait itu, sebenarnya ridak ada haknya sebagai pewaris ahlul bait akibatnya telah menimbulkan peruncingan hubungan sesama Muslim.